PATOLOGI BORJUASI PARLEMENTER

old writings

PATOLOGI  BORJUASI PARLEMENTER

Oleh: A. Ba’its Diponegoro. CZ*)

…Kembali ke laptop!

SLOGAN mas tukul arwana yang sedang booming di masyarakat kini menjadi ungkapan humor di tengah kondisi “memburuknya” masyarakat tanpa terkecuali di parlemen Jakarta. Hanya terdapat perbedaan antara wong cilik dengan kaum elit wakil rakyat di Ibu Kota. Perbedaan itu adalah bila rakyat memandang slogan “kembali ke laptop” sebagai bagian humor atas tingkah kocak mas tukul dalam salah satu tayangan entertainmet pada salah satu televisi swasta dan “selingan obat” di sela canda tawa aktivitas masyarakat. Maka menurut pandangan wakil rakyat (benarkah itu?) pernyataan mas tukul di atas adalah bagaimana cara mereka mendapatkan fasilitas laptop secara cuma-cuma.

Sebagaimana dikorankan Jawa Pos (22/03/2007) beberapa waktu lalu, di sebutkan bahwa Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR akan menyiapkan total anggaran dana sebesar Rp. 12, 1 miliar bagi seluruh 550 wakil rakyat untuk mendapatkan fasilitas laptop seharga Rp. 21 juta per-satuannya dengan ukuran layar 10 hingga 11 inci,. Padahal saat ini, untuk laptop dengan merek terkenal sekalipun harganya tidak mencapai Rp. 21 juta atau sekitar Rp. 6-7 juta. Maka logikanya, terdapat uang sisa dari harga Rp. 21 juta. Lantas hendak dikemanakan uang rakyat tersebut?!. Perlu diingat kembali, kasus laptop ini muncul setelah keluarnya surat bernomor 532111/MUM/Laptop/03/ROUM/2007 yang ditandatangani Ketua Panitia Lelang, Bambang Satmoko. Saat ini, sudah sekitar 9 perusahaan yang siap melakukan tender pengadaan laptop bagi kaum berjas.

Polemik laptop di atas, sejatinya bukan saja pada persoalan nominal yang fantastis, tetapi tidak dapat dilepaskan juga urgensi laptop bagi anggota dewan. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa kaum berjas senayan memiliki staff dan di tiap ruang kerja DPR terdapat fasilitas perangkat komputer yang dapat mengakses layanan Internet. Sehingga permintaan pengadaan laptop bukanlah kebutuhan penting dan mendesak. Ditambah lagi, minimnya kemampuan (soft skill dan Hard Skill) anggota dewan dalam menggunakan elektronik ini. Baca lebih lanjut